Hari ini dalam dekapan bantal usang, saat genderang kumandang adzan hampir bertalu. Jum'at, siang 24 februari 2012...saya mengaku lemah, mengaku bodoh jg benar2 mengaku diri belum mampu dibanggakan.
Hampir setengah dekade berjuang dan badan ini mulai melemah, mgkn hanya harap yg mampu menahan laju peluru menembus tubuh. Mgkn jg hanya cinta kasih dan harapan ibu yg selalu menunggu wajah kusamku pulang memeluknya...
Semua telah berubah, jiwaku masih merindu, rindu akan kebahgiaan yg diceritakan ibu kantin saat nilai ujian anaknya beprestasi. Rindu akan kebersamaan yg tiada tara yg kudptkan bersma mereka.
Rindu serindu-rindunya.....
Aku merasa bersalah dengan keterbatasan, merasa tidak lebih baik dari mereka,.. Tetapi semua tetap akan berjalan sebagaimana mesti, sesuai harapan dan jua keinginan.
Mungkin sudah saatnya menepi... Memulai dengkuran asa yg berbeda, merajut helai benang yg berwarna putih.
Hampir setengah dekade berjuang dan badan ini mulai melemah, mgkn hanya harap yg mampu menahan laju peluru menembus tubuh. Mgkn jg hanya cinta kasih dan harapan ibu yg selalu menunggu wajah kusamku pulang memeluknya...
Semua telah berubah, jiwaku masih merindu, rindu akan kebahgiaan yg diceritakan ibu kantin saat nilai ujian anaknya beprestasi. Rindu akan kebersamaan yg tiada tara yg kudptkan bersma mereka.
Rindu serindu-rindunya.....
Aku merasa bersalah dengan keterbatasan, merasa tidak lebih baik dari mereka,.. Tetapi semua tetap akan berjalan sebagaimana mesti, sesuai harapan dan jua keinginan.
Mungkin sudah saatnya menepi... Memulai dengkuran asa yg berbeda, merajut helai benang yg berwarna putih.
Tag :
Artikel
0 Komentar untuk "Dekapan Usang yang Apek"